Thursday, December 12, 2013

Hallo sobat Kill, kali ini saya akan sharing tentang kemampuan membaca. Kemampuan membaca pikiran sangat diperlukan apabila kita menjadi seorang HRD, Guru BK, dan Dokter yang menangani orang gangguan jiwa ( orang gila ).

Kemampuan membaca pikiran orang lain sejatinya sudah muncul sejak manusia lahir. Sebagai buktinya, bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya. Selain itu, bayi yang berusia beberapa minggu juga sudah mampu menirukan ekspresi wajah orang-orang yang berkomunikasi dengannya. Dalam usia dua bulan, bayi juga dapat memahami dan merespons keadaan emosional pengasuhnya.
Sementara itu, Nancy Einsberg, seorang ahli dalam perkembangan emosional profesor psikolog di Arizona State University berujar bahwa bayi yang berusia satu tahun sudah mampu mengamati ekspresi wajah orang dewasa dan menggunakan ekspresi tersebut untuk menentukan langkah mereka selanjutnya. Sedangkan saat menginjak usia dua tahun, mereka sudah mampu menangkap keinginan orang lain dari tatapan matanya dan diusianya yang ketiga tahun mereka sudah dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih, atau marah. Bayi akan lebih bisa berkomunikasi dengan wajah seseorang, terlihat dari bagaimana ekspresinya ketika kita menimangnya dengan manja, ia akan tersenyum lebar. Sebaliknya, jika kata kasar padanya, membentaknya, atau memelototinya, ia akan ketakutan dan akhirnya menangis.
Tambahnya, saat menginjak usia lima tahun, anak-anak juga sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain. Anak-anak sudah memiliki "teori pikiran". Di usia inilah anak-anak telah mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan, dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki. Mereka mengembangkan kemampuan membaca pikiran orang lain dengan cara mengamati pembicaraan orang dewasa. Selain itu, saat mereka bersosialisasi dengan teman sebayanya, seperti ketika mereka bermain, juga akan membuatnya tumbuh untuk terus belajar memahami mengembangkan kemampuan tersebut.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini dengan maksimal. Ada beberapa anak yang kesulitan mengembangkan kemampuan membaca pikiran orang lain. Kalaupun bisa, tingkat kepahaman yang mereka miliki juga berbeda. Ada anak yang sangat sensitif terhadap ekspresi wajah lawan bicaranya dan ada pula yang kurang peka dengan orang lain. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan, misalnya, akan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran. Sedangkan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan mungkin akan jauh lebih peka terhadap eksrepsi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.

Sekian inforamasi yang saya sampaikan.
TerimaKasih 
Categories:

0 comments:

Post a Comment